Oleh: dokterdiaz | Maret 7, 2012

Saya Yakin! Allah Berada di New York, Bukan di Mekkah !

Terkadang kita tidak menyadari betapa berharganya apa yang kita miliki, hingga hal itu hilang dan tidak kita miliki lagi. As you can see, Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Negara dimana Azan Subuh selalu berkumandang di setiap inci dari tanahnya di setiap pagi. Tempat dimana tidak perlu berpikir atau berhitung, mana makanan halal dan mana makanan haram. Karena hampir di setiap tempat makanan halal bisa ditemukan dengan mudahnya.

Kita juga dapat dengan gampang dan mudahnya menemukan liqa’ di masjid masjid kampus. Pengajian bada subuh di musholla kecil di kampung. Kajian kitab Al-hikam yang menata kembali emosi kita di musholla gedung gedung perkantoran. Berapa banyak Al-Qur’an bertumpuk di setiap musholla. Atau buku buku fiqih dan majalah islam dari berbagai organisasi keislaman dengan sangat gampang kita temukan.

Terkadang, hidayah itu sudah tersedia dimana mana. Ilmu agama yang nikmat terhidang seperti Salad Bar yang tinggal kita memilih dan mengambil lalu memakannya. Hampir tanpa usaha dan pengorbanan yang berarti.

Namun, Fabi-ayyi ala-i rabbikuma tukaththibani, Berapa banyak nikmat tuhan yang telah kita dustakan?

Untuk saya pribadi, firman Allah di surat Ar-Rahman(edited-thanks for vida :p) ini benar benar telah menampar saya. Saya dengan segala kemunafikan saya. Saya dengan segala kemalasan saya. Saya dengan segala dusta dan sifat sifat fasik saya. Astaghfirullah.

Saya merasakan, betapa banyak nikmat Allah yang tidak pernah saya syukuri, bahkan saya sadari, malah ketika saya kehilangan nikmat itu. Ketika saya menginjakkan kaki di Amerika untuk mengejar impian duniawi saya. Allah memberikan saya hidayah.

Bukan di Mekkah Al-mukarromah saya menangis, tapi di New York City. Di tempat pertama saya merantau meninggalkan rumah. Di saat saya jauh dari keluarga dan para Ustaz dan ikhwan yang sering saya abaikan ketika saya dekat dengan mereka. Di saat hanya ada 5 masjid dalam satu kota yang menyelenggarakan sholat Jum’ah. Bukan di Indonesia, dimana masjid bertebaran di setiap kampung. Tempat dimana saya seharusnya banyak berikhtilat dengan Allah dengan mudah. Tapi di NYC, tempat dimana Islam adalah target kecurigaan. Saya menemukan kembali hidayah itu.

Saya yakin, Allah maha besar. Dia tidak pernah terikat ruang dan waktu yang merupakan makhlukNya. Di tengah kesendirian saya di hutan beton ini, saya merasakan kedekatan yang teramat sangat kepadaNya. Ketergantungan yang besar sekali kepadaNya. Ukhuwah yang sangat besar kepada sesama hambaNya. Vibrasi yang jauh lebih kuat daripada kemampuan serabut saraf Ia menghantarkan rangsang proprioseptif ke Gyrus Post Centralis Cortex Cerebri.

Getaran ini mengingatkan saya pada sebuah hadits yang bilang kalo Allah lebih dekat daripada arteri karotid interna kita. Karena itu saya berani bilang,

Allah tidak di Mekkah saat ini, Dia berada di New York !

Seperti kata papa saya,

Syukurilah nikmat yang diberikan Allah padamu. Sebab ketika kita lalai, suatu saat Allah akan mencabutnya untuk membuat kamu mengingatnya..


Tanggapan

  1. Lho katanya Allah lebih dekat dari arteri karotid interna? Tapi kok sekarang di New York. Argument tadi invalid donk bagi aku yang ada di Indonesia. Berarti Allah tidak lebih dekat dari arteri karotid internaku kalau Allah sekarang di New York.

    • hhe…

      aku ga tau, tapi kayaknya deket juga sama kamu..
      kayaknya algoritma yg kamu pake bermasalah.. :p

  2. itu surat ar-rahman,bkn ar-rum

    • oiyo,,, lali..
      bawaannya ar rum terus. hahaha

  3. Asal naik haji jangan ke New York 🙂

  4. Mantap masbro. Jadi kepikiran juga nih.
    Lanjut trus nulisnya! Jangan mentok kyk saya hahahaha

    • Hhe..
      Ini juga nulisnya maksa.. =p

      Ditunggu tulisannya mas iza

  5. Allah di mekkah al mukaromah juga kalle brow -_-v
    di indo jg, d suriah jg, jd krg pas kalau ada frasa ‘tidak di mekkah’.


Tinggalkan Balasan ke dokterdiaz Batalkan balasan

Kategori